Kebudayaan Manggarai Timur

    

Peta  Manggarai Timur


 Kabupaten Manggarai Timur adalah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Manggarai Timur merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Manggarai,  tepatnya pada tanggal 17 Juli 2007. Luas Wilayahnya 2.643, 41 km2, memiliki 9 Kecamatan 17 Kelurahan adan 159 desa. Batas Wilayah Manggarai Timur berbatasan dengan  Laut Flores di sebelah Utara,  Kabupaten Ngada di Sebelah Timur, Laut Sawu di Sebelah Selatan,  Kabupaten Manggarai di Sebelah Barat.

Tempat  Wisata Di Manggarai Timur

1.     
1. Air Terjun Cunca Rede dan Cunca    


 




Air terjun ini bukanlah air terjun biasa. Sebab di sekelilingnya terdapat areal persawahan, dan kebun kopi milik warga di Dusun Nta’ur. Ini membuat panorama air terjun yang satu ini sangat kaya dan memikat mata wisatawan.

Berletak di Desa Sano Lokom Kecamatan Borong, kedua air terjun ini memiliki sumber air dari sungai yang sama namun kemudian terpisah pada bagian yang curam sehingga terbentuklah kedua air terjun ini. Tinggi air terjun Cunca Rede sendiri sekitar 10 Meter sedangkan Cunca Ncuar sekitar 15 Meter.

2. Danau Rana Tonjong

Danau Rana Tonjong terletak di Desa Nanga Mbaling, kecamatan Sambi Rampas sekitar 3 km utara Pota. Danau Rana Tonjong berada di sebuah dataran rendah yang dikelilingi oleh  perbukitan di bagian barat, selatan dan utara, sedangkan di bagian timur terdapat areal persawahan yang cukup luas milik masyarakat setempat. Danau Rana Tonjong memiliki keunikan karena ditumbuhi bunga teratai raksasa (Victoria Amazonica) atau disebut Tonjong dalam bahasa setempat. Tumbuhan ini menutupi seluruh permukaan danau yang memiliki tidak tampak adanya air pada permukaan danau. Bunga Teratai ini tumbuh subur sepanjang tahun namun hanya berbunga sekali dalam setahun yaitu selama bulan April hingga Juni.

 

3. Danau Rana Mese


Dikelilingi hutan tropis di sekitarnya udara di danau ini terbilang cukup dingin. Danau Rana Mese sendiri berada di dalam wilayah hutan lindung dan dikelilingi oleh barisan pegunungan Mandosawu dan Poco Ranaka diantara wilayah kecamatan Borong dan Poco Ranaka.Menariknya hutan di sekitar danau banyak ditinggali oleh beraneka ragam hewan seperti tikus raksasa (Papagomys Armandrillarei), tikus Poco Ranaka (Rattus Haenaldi), Kelewar Flores (Chypnoterus Nusa Tenggara) dan Burung Hantu Flores (Ooptus Alfredi).

4. Air Terjun Cuncang Ntangis dan Cuncang Wek


Air Terjun Radi Ntangis dan Cuncang Wek, merupakan dua buah air terjun yang berlokasi di sebelah selatan Desa Ulu Wae, Kecamatan Poko Ranaka. Kedua air terjun ini menyimpan banyak keindahan yang tersembunyi diantara gugusan pegunungan dan rimbunan tanaman kopi. Kedua air terjun ini terletak berdampingan dengan jarak 200 meter satu dengan yang lainnya. Cuncang Radi Ntangis di sebelah barat dan Cuncang Weg dibagian timur dan kedua air terjun ini tepat di Golo (bukit) Lalong yang membentang di sebelah timur ruas jalan kabupaten menuju ke Elar. Desa Ulu Wae dikenal sebagai penghasil kopi Arabika dan Robusta. Air Terjun Radi Ntangis memiliki ketinggian sekitar 150 meter dan dengan aliran air yang lebih deras.

5.      Watu Waru (Batu Unik Suku Melong)                                                                                                                                                                                                        


Objek wisata ini terletak di Desa Mokel, Kecamatan Kota Komba.Watu Waru ini terlihat unik. Konon, Watu Waru adalah batu yang memiliki nilai sakral tersendiri bagi Suku Melong di desa Mokel, Manggarai Timur.Watu Waru, sendiri terletak di atas puncak bukit Golo Melong, Desa Mokel. Di mana di bawah kaki bukit itu terdapat dua kampung besar yakni Kampung Pedak dan Kampung Deru. Batu unik ini memang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas karena jalur transportasi menuju lokasi ini belum ada. Apalagi pemerintah desa belum sama sekali melirik pesona Watu Waru sebagai salah satu potensi wisata desa.Watu Waru diwariskan turun temurun oleh seorang Embo (nenek moyang) Suku Melong yang datang dari Golo Meleng (Gunung Meleng) yang terletak di kampung Sita, Kecamatan Boro


 Keadaan alam Manggarai Timur

Sesuai dengan letak geografis, iklim di Kabupaten Manggarai Timur merupakan iklim daerah tropis, dalam setahun hanya ada 2 musim yaitu musim kemarau antara bulan April sampai bulan September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai bulan Maret. Temperatur udara rata-rata adalah 28,6˚C dengan suhu perbulan minimum 24,10˚C dan maksimim 31,70˚C, sehingga Manggarai Timur secara umum bersuhu udara panas. Kecepatan angin berkisar 4 knot dengan kelembaban udara 80% sedangkan rata-rata curah hujan sebanyak 1.906 mm dengan hari hujan sebanyak 142 hari. Kabupaten Manggarai Timur Sangat Unik Yaitu Berupa Rangkaian Jajaran Pegunungan Serta Terdapat Bukit,Lembah Dan Lereng, Dan Dataran Rendah. Kabupaten Manggarai Timur  termasuk bagian dari Pulau Flores yang terletak di bagian tengah agak ke barat . Secara fisiografi, termasuk ke dalam Zona Fisiografi Kepulauan Sunda Lesser, yang termasuk dalam Busur Vulkanik Dalam Bagian Timur (van Bemmelen, 1949). Zona tersebut disusun oleh batuan sedimen, batuan beku ekstrusi dan intrusi. Susunan batuan tersebut membentuk morfologi yang berupa perbukitan vulkanik, kerucut vulkanik, dan lembah (dataran rendah). Mempunyai kemiringan relatif ke selatan, dengan kemiringan lereng berkisar antara 5° - 70°.

  Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, di Manggarai (raya) terdapat emas, perak, tembaga, pasir besi, timbal dan mangan. Selain itu Kabupaten Manggarai Timur juga memiliki potensi kelautan yang cukup besar. Berdasarkan data statistik perikanan   Manggarai Timur  tahun 2015, daerah ini memiliki luas wilayah penangkapan ± 1.807,2 Km dengan potensi tangkap 12.270,2 Ton/Tahun dengan potensi produktif 6.169,57 Ton/Tahun.

 

Ritual Manggarai Timur

 

Arti dalam upacara Penti dalam masyarakat Manggari adalah ucapan tanda syukuran kepada Mori Jari Dedek(Tuhan Pencipta) dan kepada arwah nenek moyang atas semua hasil jeri payah yang telah di peroleh dan nikmati, juga sebagai tanda celung cekeng wali ntaung(musim yang berganti dan tahun yang beralih). Upacara Penti ini biasa dilakukan setelah  semua panenan rampung (sekitar juni-September). Jika masyarakat Manggarai sanggup maka upacara Penti ini bisa dilakukan seiap tahun, jika tidak sanggup bisa dilakukan tiga (3) atau lima (5) tahun sekali. Tetapi di desa ini ada keyakinan bahwa jika upacara ini tidak dilakukan membuat mori jari dedek marah, Jika hal ini terjadi akan ada bencana yang melimpah masyarakat Manggarai.Upacara Penti ( Pesta Syukur ) adalah sebuah upacara sebagaimana sebagai umat manusia mengucapkan tanda syukur kepada sang pencipta (Mori Kraeng) alam semesta sebagai sumber kehidupan manusia dan kepada arwah nenek moyang atas semua hasil jerih payah yang telah diperoleh dan dinikmati, juga sebagai tanda Celung Cekeng Wali Ntaung (musim berganti tahun berlalu). Jauh hari sebelum upacara ini dilakukan, maka semua warga kampung atau yang mempunyai pertalian dengan warga kampung yang mengadakan Penti itu, diundang untuk hadir dalam upacara penti itu.Sebelum upacara penti ini dilakukan pada sore harinya pada pagi harinya dilakukan sedikitacarakecil yaitu upacara “Podo Tenggeng”(mempersembahkan kepincangan dan kekurangan).Upacara Podo Tenggengbermaksud supaya bencana kelaparan (busung lapar) dijauhkan, dibuang melalui upacara ini. Hewan persembahan adalah seekor babi kecil dan seekor ayam kecil yang berbulu hitam, disamping itu juga disiapkan peralatan yang tak terpakai karena rusak, seperti : keranjang rusak, bakul rusak, periuk pecah, dan lain-lain sebagai lambang kepincangan hidup, lambang kekurangan dalam kehidupan perekonomian.Hewan persembahan dan peralatan rusak bermaksud, dibawa ketempat upacara, yaitu di “Cunga”(tempat pertemuan dua sungai ). Inti doa ditempat tersebut adalah “Ho’o lamiela miteng agu manuk miteng, kudud kandos sangged laros, kudud wurs sangged rucuk agu ringgang landing toe ita hang ciwal, toe haeng hang mane. Porong ngger laus hentet, ngger c’es mbhok, kudud one waes laud one lesos saled”( inilah kami persembahkan seekor babi dan seekor ayam, semuanya berwarna hitam, sebagai tanda penolak kelaparan. Biarlah semua bencana kelaparan hanyut dikali/ di sungai ini bersama darah babi dan ayam ini serta bersama redupnya senja mentari yang rendah membarat pada hari ini).

Ayam dan babi itu dibunuh, dan digantung pada kayu cabang yang dipancangkan pada tempat upacara. Setelah hewan persembahan selesai digantung, maka semua peralatan rumah tangga atau peralatan pertanian yang serba rusak tadi, dihanyutkan ke kali/sungai sebagai lambang hanyutnya bersama air sungai semua bencana kekurangan dan busung lapar. Sebelum meninggalkan tempat upacara ini maka parang atau pisau yang digunakan memotong/menyembeli babi dan ayam tadi, dibersihkan di air sungai itu. Kemudian beramai-ramai pulang ke kampung dan tidak boleh menoleh ke belakang. Karena dinilai tabu agar busung lapar tidak mengikuti lagi dari belakang. Setibanya di kampung, mulai menyiapkan hal-hal yang diperluhkan pada upacara sore hari untuk memulai acara Penti (Pesta Syukur).Upacara Penti ini biasanya dilakukan stelah panen semua rampung (sekitar Juni-September), dan bila disanggupi dilakukan setiap tahun, tetapi sering dilakukan secara lustrum ( sekali selama lima tahun ).Bila tida dilakukan, maka sesuai keyakinan yang telah mentradisi, akan mendapat amarah dari Mori Jari Dedek dan dari arwa nenek moyang, hal tersebut ditandai adanya macam-macam bencana menimpa warga kampung.

Upacara penti terbagi atas lima babak/tahap, yaitu :

1.Barong Wae Teku( upacara dikali atau dimata air yang dipakai sebagai air minum oleh warga kampung )

2.Barong Compang( upacara persembahan dimegalithik/batu persembahan yang berada di tengah kampung )

3.Libur Kilo(upacara persembahan umum dalam gendang, karena arwah nenek moyang sudah diajak masuk di rumah gendang ).

4.Wae Owak(upacara persembahan pada masing-masing keluarga, yang letak sesajiannya ditempatkan pada tempat-tempat khusus sesuai kebiasaan, ada yang bertempat di dalam rumah ada yang diluar rumah pada batu tertentu atau pohon tertentu).

5.Tudak Penti(upacara puncak syukur ).

  

Tata Cara Upacara Penti

Sebelum upacara Penti dilaksanakan, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh masyarakat, diantaranya:

1. Musyawarah adat pada masyarakat Desa Torok Golo biasanya dipimpin oleh Tua Tembong (orang yang menguasai penggunaan gong dan gendang dalam rumah adat) dan diikuti oleh Tua Teno (orang yang memiliki peran dalam upacara yang berkaitan dengan pertanian dan perkebunan) serta seluruh warga kampung atau suku. Dalam musyawarah tersebut, biasanya hal-hal yang disepakati antara lain: menentukan pemimpin upacara, hewan yang akan dikurbankan, dan persembahan lainnya.

2. Menyiapkan Hewan Kurban Dalam pelaksanaan Upacara Penti, biasanya hewan yang dijadikan sebagai kurban antara lain: babi jantan dan ayam jantan. Pada dasarnya pemilihan hewan kurban dalam setiap upacara adat khusunya Upacara Penti pada masyarakat Manggarai Desa Torok Golo memiliki makna seperti:

a. Babi jantan; dipilih babi jantan sebagai hewan kurban karena menurut kepercayaan masyarakat Manggarai bahwa “jantan” melambangkan keperkasaan dan keuletan dalam mengolah kebun. “Jantan” di sini menunjukkan jati diri seorang laki-laki yang menjadi kunci atau penggerak utama dalam mengolah kebun.

b. Ayam jantan; sebelum masyarakat Manggarai mengenal teknologi, maka untuk mengetahui waktu akan dimulainya suatu kegiatan itu tergantung pada alam seperti: terjadinya bulan sabit sebagai pertanda bahwa musim tanam akan dimulai, jika matahari akan terbenam maka kegiatan di kebun harus dihentikan, ayam berkokok sebagai pertanda bahwa hari sudah pagi.

 

Makna dan Nilai yang Terkandung Dalam Upacara Penti.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Penti diantaranya adalah sebagai berikut:

1.Ungkapan Syukur.

Upacara Penti sebagai ungkapan syukur kepada Mori Jari Dedek (Tuhan Pencipta dan Pemilik Kehidupan) dan kepada Empo Mede (leluhur) yang telah menjaga, melindungi serta memberikan hasil panen yang melimpah.

2.Trandisi Gotong Royong dan Kerja Sama

Upacara Penti secara langsung maupun tidak langsung menyatukan warga/masyarakat Desa Torok Golo untuk terlibat bersama-sama dan saling bekerja mempersiapkan dan turut menyukseskan acara Penti tersebut. Adanya gotong royong dan saling kerja sama akan sangat membantu mempererat persaudaraan dan kekeluargaan masyarakat Desa Torok Golo.

 3.Tradisi dan Warisan Leluhur

Upacara Penti selain sebagai sebuah bentuk syukuran panen bagi warga Desa Torok Golo juga terlebih sebagai bentuk menjaga tradisi dan warisan peninggalan leluhur.

Ada banyak macam Penti, tetapi yang di uraikan dibawah ini hanya memberikan beberapa macam yang sering di lakukan oleh orang Manggarai, antara lain:

1.Penti Beo .

Penti beo (penti = Syukuran; beo = kampong). Penti beo ialah Syukuran warga kampung. Yang memberikan komando umum waktu penti semacam ini adalah tua golo (kepala kampung), dibantu oleh tua-tua panga(kepala keluarga ranting/subklen) berdasar musyawarah bersama masyarakat dalam satu kampung. Menurut tradisi Manggarai bahwa letak/posisi kampung punya arti dan peran tertentu dalam hidup manusia. Orang Manggarai beranggapan bahwa kampung punya kekuatan/keramat yang disebut Naga Beo.

Naga Beo terbagi menjadi dua hal (dilihat dari pengaruhnya), yakni :

a.Naga Beo Dia ( tempat yang baik)

b.Naga BeoDa’at (tempat yang jahat)

     Naga Kampung yang baik akan membawa berkat bagi seluruh warga kampung, sedangkan Naga Kampung yang jahat, akan membawa malapetaka bagi hidup manusia.

Adapun sebagaian contoh inti sesajian kepada leluhur/supernatural itu yakni minta berkat kampung (berkak golo lonto/beo), berkat halaman kampung (nataslabar), berkat tempat sesajian dikampung (compang), berkat di tempat air minum (wae teku), rumah tinggal (Mbaru kaeng), kebun tempat bekerja (utama duat/lingko).

 

2.Penti Kilo

Penti kilo adalah syukuran keluarga dalam satu keturunan leluhur dalam satu sistem keluarga patrilineal, dan dihadiri oleh keluarga kerabat :anak wina,. anak rona, pa’ang ngaung dan hae reba. Syukuran keluarga ini bisa dilakukan dalam tingkat kelurga besar dalam satu turunan, bisa juga dilakukan dalam tingkat keluarga ranting.

 

3.Penti Ongko Gejur

Penti Ongko Gejur (penti-syukuran, bersyukur; ongko/nongko-memetik, memungut, menghimpun, merangkul; gejur-usaha). Penti nongko/ongko gejurartinya syukuran memungut hasil panen. Acara syukuran seperti ini mirip dengan syukuran tahunan (penti neteng ntaung), karena pelaksanaan syukurannya dilakukan setelah memungut hasil panen tahunan. Hewan sesajian untuk acara syukuran ini adalah kerbau (kaba).Sedangkan hewan lain: kambing (untuk muslim), babi (untuk Nasrani) hanya lauk tambahan. Sesajian utama sebenarnya adalah kerbau.

 

 

Rumah Adat Mbaru Embo, Nusa Tenggara Timur


Nusa Tenggara Timur yang terkenal akan wisata alamnya tenyata tidak hanya memiliki objek wisata alam yang memukau, tetapi juga memiliki wisata budaya seperti, Rumah Adat Mbaru Embo yang berada di Kampung Mok, Desa Mbengan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Rumah adat ini unik karena, rumah ini tidak pernah di huni oleh manusia.

Kampung Mok tempat dimana Rumah Adat Mbaru Embo ini berada merupakan perkampungan tua yang  dihuni oleh suku Nanga. Warga kampung ini percaya bahwa Mbaru Embo adalah hunian khusus arwah leluhur. Pasangan Embo Lenang dan Embo Teje diyakini sebagai tetua utama leluhur penghuni rumah adat itu.

Sesuai dengan tuntutan adatnya, Mbaru Embo berdiri  di ketinggian punggung bukit bagian hulu kampung. Bangunannya berkolong,  berbentuk melingkar, dengan satu titik yang merupakan puncak atap. Sebagian besar kerangka bangunan dari bahan bambu dan beratap ijuk. Suasana rumah leluhur itu selalu hening karena tidak berpenghuni dan lokasinya agak terpisah sekitar  50 meter hingga 200 meter dari jejeran  perumahan  warga.

Lokas  Kampung  Mok  berjarak 30 kilometer di sebelah  utara  Borong, ibukota  Kabupaten  Manggarai  Timur. 

Jika  berkunjung  untuk  melihat  Rumah  Adat  Mbaru  Embo, ada 5 peraturan yang harus  dipatuhi  oleh  pengunjungnya.

 Pertama, pengunjung  hanya  boleh  berada di luar  rumah  adat. 

Kedua, tidak  boleh  merokok. 

Ketiga, tidak  boleh  memakai  baju  berwarna  merah.

 Keempat, tidak boleh   mengambil   foto rumah  adat. Untuk  mengambil  foto  pengunjung  harus  mendapat  persetujuan  tetua  dan  melakukan  sebuah   ritual   adat.

Kelima, tidak  boleh  membawa alat  penerangan.

 

Mengenal Motif Songke-Kain  Tenun  Sulam  Manggarai  Timur

 


Kabupaten  Manggarai  Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki  tiga motif kain  tenun  sulam  atau  songke.  Ketiga motif itu  adalah motif Jok  Lamba Leda, Congkar  dan  Rembong.

Warna  dasar motif   Manggarai  Timur  tersebut  adalah  hitam.  Namun, seiring  perkembangan  zaman, warna lain juga  bisa  digunakan  sebagai  warna  dasar  tenun  sulam  Manggarai  Timur.

 

Songke Jok Lamba  Leda

Tenunan  ini  berasal  dari  Kecamatan  Lamba   Leda.  Padakain  tenun  ini  terdapat  beberapa  gambar  yang   memiliki  makna  berhubungan  dengan  kehidupan  social  masyarakat   di Manggarai  Timur  umumnya,   khususnya   di wilayah   Lamba  Leda.

1.Jok:  melambangkan  rumah  gendang  atau  rumah  adat  Manggarai  Timur;

2.Wela  Runus:   salah  satu  bunga  berukuran  kecil   yang tumbuh di Manggarai  Timur.

 3.Wela  Ngkaweng: Salah satu  bunga  berukuran  agak  besar yang memiliki  keunikan: satu  kuntum  bunga  terdiri  atas  beragam  warna.

 4. Mata Manuk: melambangkan  mata  Tuhan. Berbentuk  ruit.

 5. Titian: melambangkan  jembatan  atau  penghubung.

 6. Sui/garis  pembatas: melambangkan  kehidupan  masyarakat  Manggarai  Timur yang dibatasi  oleh   aturan  adat-istiadat.

7.Natas/Punca: selalu  berada   di bagian  depan  sarung  jok  Lamba Leda yang melambangkan  bahwan  atas (halaman  kampung) selalu  berada   di tengah-tengah  kampung  dan  berfungsi  sebagai  tempat  bermain  anak-anak. 


Songke  Congkar

Kain  tenun  ini  berasal  dari  wilayah  kecamatan  Sambi  Rampas.  Tenunan  ini  memiliki  beberapa  gambar   yang   sama  dengan  songke  Lamba   Leda, seperti  mata  manuk, welarunus,  welakaweng,   jok dan   titian. Sedangkan  beberapa  gambar   lain seperti  bintang, garis  komando, garis  pemisah; menjadi  cirri  khas  tersendiri  bagi  Songke  Congkar.

 

Wela   Runus

1. Bintang:   letaknya  selalu  di ujung  atas  Songke  Congkar. Melambangkan  bahwa  Tuhan  itu  Mahatinggi, selalu di atas  kehidupan  manusia.

2. Wela  Kaweng

 3. Mata   Manuk

 4. Titian

 5. Jok

 6.  Garis  Komando: melambangkan satu kesatuan masyarakat Manggarai Timur.

 7.Garis  pemisah: melambangkan strata sosial masyarakat Manggarai   Timur.

 


Songke  Rembong

 

Berasal dari kecamatan Elar.Tenunan  ini  memiliki  corak  gambar yang agak  berbeda  dengan  tenun  sulam  Lamba   Leda dan  Congkar. Corak  Tenunan  ini  hanya  terdiri  dari  garis  vertikal  dan  horizontal  dan  bunga-bunga  dalam  garis.
 

Natas  menjadi  satu-satunya  corak   yang sama  dengan  tenun  sulam Lamba Leda.

1. Natas

2. Garis  Horisontal: sebagai  pembatas  bagian  atas  dan  bawah yang melambangkan bahwa  setia  pada  masalah di masyarakat, selalu  ada  penyelesaiannya  melalui  musyawarah  dan  tidak  melewati  batas  adat   di   kampung.

3.Garis  vertikal   yang  ukurannya  besar  selalu  berdampingan  dengan  garis   vertical  kecil.    Ini   melambangkan  orang tua   yang  selalu rukun  dan  harmonis  dengan  anak-anaknya.

4.Bunga-bunga  kecil  dalam  garis  vertikal  melambangkan  persatuan yang kuat  dari  generasi yang   dilahirkan. Selain  itu  juga  melambangkan  tentang  musyawarah  adat  selalu  menghasilkan  kesepakatan.

Songke  Manggarai  Timur  biasa  digunakan  pada  acara-acara  adat  dan  acara  lain yang bersifat   formal.

 

 

 

Cerita rakyat Manggarai Timur

Judul :  Kisah Skolong Dan Cue

Alkisah, di Kampung Manggarai, di daerah Nusa Tenggara Timur, ada seorang laki-laki tampan yang bernama Skolong Rebo Todo. Orang-orang di sekitarnya memanggilnya Skolong. Selain tampan, ia juga anak yang rajin. Setiap hari ia selalu membantu kedua orang tuanya bekerja di ladang. Bagi  masyarakat  setempat, para orang tua  memiliki  kebiasaan  menjodohkan  anak-anak  mereka  dari keluarga terdekat. Begitu pula yang terjadi  dalam  keluarga  Skolong. Kedua orang tuanya  berencana  akan  menjodohkannya  dengan  anak  bibinya, meskipun  anak  bibinya  itu  masih  dalam  kandungan  atau  belum  lahir. Pada suatu hari, Skolong disuruh oleh kedua orang tuanya  untuk  tinggal di rumah  bibinya yang sedang  hamil  tua.  “Skolong, Anakku! Pergilah  kerumah  bibimu dan tinggallah di sana! Saat  ini  bibimu  sedang  hamil  tua. Kelak  jika  bibimu  melahirkan  seorang  anak  perempuan, kamu  boleh  menikahi  putrinya. Aku dan ibumu  bersama  bibimu  telah  sepakat  untuk  menjodohkan kalian,” ujar ayah Skolong.

Skolong pun menuruti  permintaan  ayahnya. Setelah berpamitan, berangkatlah  ia  kerumah  bibinya.   Setibanya di sana, ia pun disambut  baik oleh paman dan bibinya. Sejak  kehadirannya di rumah  itu, segala  pekerjaan  paman dan bibinya  menjadi  ringan. Skolong  sangat  rajin  membantu  bibinya  mencari  kayu  bakar di hutan dan membantu  pamannya  bekerja di ladang.   Tak  heran, jika  paman dan bibinya  sangat  saying  kepadanya. Bibinya  sangat  berharap  bayi yang ada di dalam  kandungannya  adalah  anak  perempuan, sehingga  ia  dapat   menikahkannya  dengan  Skolong.

Tak  terasa, sudah  sebulan  lebih  Skolong   tinggal di rumah  bibinya. Usia  kandungan  bibinya pun memasuki  bulan  kesembilan. Skolong  berharap  bibinya   melahirkan  seorang  putri yang cantik.   Beberapa  minggu  kemudian, bibinya pun melahirkan  seorang  bayi. Namun, bayi  yang dilahirkan  bukanlah  seorangputri yang cantik, melainkan  sebuah Cue (ubi hutan yang berbulu), yaitu  sejenis  tanaman  umbi-umbian yang sering  tumbuh liar di tengah  hutan. Anehnya, bayi yang berwujud cue itu  bisa  menangis  layaknya  bayi  manusia.

Paman dan bibinya merasa  sangat  sedih  atas  nasib yang menimpa  bayi  mereka. Meski  demikian, mereka  tetap  menerima Cue sebagai  anak. Mereka  akan  merawat    membesarkannya  dengan  penuh  kasih  sayang. Lain halnya  dengan  Skolong, ia  sangat  kecewa atas  kejadian  itu. Kini  harapannya  untuk  memperistri  putri  bibinya  telah  pupus. Namun, ia  tidak  ingin  mengecewakan  hati  paman dan bibinya. Ia  memutuskan  untuk  membantu  mereka  merawat dan membesarkan Cue. Setelah Cue dewasa, barulah  ia  akan  memohon  diri  untuk  kembali  kerumah orang tuanya.

Waktu   terus  berjalan. Cue pun tumbuh  menjadi  besar dan seluruh  tubuhnya  dipenuhi   oleh bulu yang panjang. Meski  demikian, ia  dapat  berbicara dan berjalan  dengan  cara  menggulingkan  tubuhnya. Kondisi Cue tersebut  semakin  membuat  Skolong  tidak  mau  menikahinya.

Pada suatu  hari, Skolong  berpamitan  untuk  kembali  kerumah orang tuanya. Paman dan bibinya  berusaha  untuk  mencegahnya.   Mereka  berharap agar Skolong  bersedia  menikah  dengan Cue. Namun, Skolong  tetap  menolak. “Maafkan   saya, Paman, Bibi! Saya belum  dapat  menerima Cue menjadi  istri  saya. Saya harus  kembali  ke rumah orang tua  saya,” ucap  Skolong  seraya  memohon  diri.

Ketika   Skolong  akan  meninggalkan  halaman  rumah  bibinya, tiba-tiba Cue menghadangnya.  “Kakak! Adik  mau  ikut  bersama   Kakak,” rengek Cue.“Kamu  jangan   ikut, Adik!   Kamu di sini  saja    menemani ayah dan ibumu!   Mereka  sangat  menyayangimu,” ujar  Skolong.“Tidak, Kakak!   Adik  tetap  akan  ikut   bersama  Kakak. Adik  mencintai  Kakak,” kata Cue dengan  tegas.  Berkali-kali Skolong  membujuknya, dan   bahkan  mengancam akan  membunuhnya, namun Cue tetap  bersikeras  ingin  ikut  bersamanya. Lama-kelamaan, Skolong pun semakin  kesal.“Hai, makhluk  aneh! Ibuku  tidak  suka padamu  karena kamu  sebuah cue. Bentuk  badanmu  jelek  sekali, tidak  berkaki dan tidak  bertangan. Bagaimana  kamu  bisa  membantu  ibuku?   Lagi pula, badan  mukotor dan penuh  dengan  bulu,” hardik  Skolong.  Usai  menghardik   Cue, Skolong pun melanjutkan  perjalanannya  menuju  kerumah orang tuanya. Cue pun membuntutinya. Di tengah  perjalanan, Cue terkadang  mendahuluinya  tanpa  sepengetahuannya.   Ia  mengira   Cue masih  berada di belakangnya. Ketika akan  melewati  sebuah kampung, Skolong  bertemu  dengan  sebuah  rombongan  manusia yang berjalan  dari  arah  berlawanan. Rombongan  tersebut  dipimpin oleh seorang gadis yang cantik  jelita, yang tak lain adalah Cue yang menjel  mamenjadi  manusia, namun  Skolong  tidak  mengetahui  hal  itu. Ia  memerintahkan  ketua  rombongan  itu agar membunuh  sebuah cue yang sedang  mengikutinya.  “Wahai, Tuan-tuan! Ada sebuah cue besar yang mengikuti  saya. Jika   Tuan-tuan melihatnya, bunuh  saja  atau  lemparkan cue itu  kejurang!” pinta  Skolong  kepada  rombongan  tersebut.  Pemimpin  rombongan  itu  hanya  tersenyum  sambil  meliriknya. Begitu  rombongan  tersebut  berlalu, tiba-tiba  Skolong  mendengar  seorang gadis sedang  menegurnya.“  Wahai, Skolong yang tampan! Di antara  rombongan  itu, ada  seorang   gadis cantik  melirikmu.   Ia  begitu  mencintamu dan sangat  merindukan  belaianmu,” demikian  suara  gadis itu. Skolong  tersentak  kaget  mendengar  suara  itu. Ia pun menghentikan  langkahnya, lalu  terdiam  sejenak. Ia  mengira  suara itu  adalah  suara  si Cue. Namun, ketika  menoleh  kebelakang, ia  tidak  melihat Cue.

Akhirnya, ia pun melanjutkan  perjalanannya. Tak  berapa lama kemudian, Cue pun kembali  muncul dan berguling di belakangnya. Skolong pun tetap  membiarkan  makhluk  aneh  itu  membuntutinya. Ketika Skolong  tiba di kampungnya, kedua orang tua dan para warga  menyambutnya  dengan  meriah. Mereka  mengira  Skolong  dating  bersama  istrinya.   Namun, mereka  tidak  melihat  seorang  wanita  berjalan  dengan  Skolong. Mereka  hanya  melihat  sebuah cue yang berguling-guling  mengikutinya.“Hai, Skolong! Benda apa yang sedang  mengikutimu  itu?” tanya   ayah Skolong.  Skolong pun menceritakan  semua  siapa  sebenarnya  si Cue kepada  kedua orang tuanya   dan  seluruh  penduduk. Mendengar  cerita  itu, kedua orang tua  Skolong pun mengerti  bahwa Cue adalah  kemenakan  mereka. Mereka  turut  bersedih  atas  kejadian   yang menimpa Cue yang dilahirkan dalam  kondisi  demikian. Mereka pun   memutuskan  menerima  kehadiran Cue di rumah  itu  dengan  senang  hati. Sejak  itu, Cue tinggal di rumah orang   tua  Skolong.

Pada suatu hari, di kampung itu diadakan  Pesta  Wagal, yaitu  sebuah  pesta   adat  dalam   tata cara  perkawinan orang Manggarai. Pesta  itu  akan  dilangsungkan  selama dua  hari. Dalam  pesta  itu  diadakan pula Perlombaan  Caci, sebuah  permainan  khas orang Manggarai yang pesertanya  terdiri  kaum  laki-laki. Perlombaan  tersebut  biasanya  diiringi oleh pukulan gendang oleh kaum  ibu-ibu, serta tarian  khas  Manggarai oleh para gadis. Mengetahui  adanya  pestawagal dan perlombaan  caci itu, Cue pun segera  menyiapkan  rombongannya. Ia  bersama  rombongannya  pergi  ke  sebuah  pancuran air, tempat para penduduk  mengambil air. Di pancuran air itu, Cue menanggalkan dan menyembunyikan kulitnya di bawah batu lempeng. Seketikaitu pula, ia pun berubah menjelma menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Kemudian ia bersama rombongannya yang juga telah berubah menjadi manusia segera menuju ke tempat pesta itu berlangsung. Setibanya mereka di sana, para warga yang hadir, termasuk Skolong, sangat heran melihat kedatangan  mereka. “Hei, sepertinya aku  mengenal  mereka. Bukankah mereka yang bertemu denganku beberapa hari yang lalu?” gumam  Skolong  tersentak kaget.  Setelah mengamati  pemimpin  rombongan  itu, maka  Skolong pun semakin  yakin  bahwa  ia  pernah  bertemu  dengan  mereka di tengah  jalan. Ia  mengenal  wajah gadis cantik yang memimpin  rombongan  itu.  Setelah  mempertunjukkan  tariannya, rombongan  tersebut  segera  meninggalkan  pesta. Skolong dan beberapa  warga  lainnya  berusaha mengikuti  rombongan  tersebut, namun  mereka  kehilangan  jejak. Rombongan  tersebut  tiba-tiba  menghilang  tanpa  meninggalkan   jejak  sedikit pun.

Pada malam  harinya, Skolong   bermimpi  di  datangi  seorang  kakek. Kakek  itu  berpesan  kepadanya agar pergi  ke  pancuran air untuk  mengambil  kulit cue yang disimpan di bawah batu lempeng. Keesokan  harinya, saat  rombongan Cue sedang  berada di tempat  pesta, Skolong  segera  mengambil  kulit Cue   itu  lalu  membawanya  ke  tempat  pesta  gawal.  Saat  ia  tiba di pesta  itu, Cue yang telah  berubah  menjadi gadis cantik  itu  sedang  menari  dengan  gemulai. Tanpa  berpikir  panjang,   Skolong  segera  meletakkan  kulit cue itu di atas  api. Seketika  itu pula, Cue yang sedang  asyik  menari  tiba-tiba  pingsan. Skolong pun segera  menolongnya   dengan  mencelupkan  kulit cue yang terkena asap api, lalu  membalutkan di kepala Cue. Beberapa  saat  kemudian, gadis itu pun sadar. Betapa  senang  hati gadis itu  saat  ia  menyadari  dirinya  berada di pangkuan  Skolong yang sangat  dicintainya.  “Siapa  sebenarnya  kamu  ini, hai gadis cantik?” Tanya  Skolong.  “Maaf, Kakak! Saya adalah Cue anak  bibimu,” jawab Cue dengan nada pelan.

Betapa  terkejutnya  Skolong  mendengar  jawaban  itu. Ia  baru  menyadari bahwa cue yang dilahirkan  bibinya  beberapa  tahun yang lalu  ternyata  seorang gadis cantik. Dengan  perasaan  malu, ia pun segera  meminta  maaf  kepada   Cue. Ia  sangat  menyesal, karena  telah  menghina dan mempelakukannya  dengan  kasar. Namun, Cue adalah  seorang gadis pemaaf dan tidak  pendendam. Ia pun memaafkan  semua  kesalahan  Skolong. Akhirnya, mereka pun menikah dan hidup  bahagia.

 

Makanan Khas dari Manggarai Timur

 

1.   JojongMakanan khas Borong Kabupaten Manggarai Timur berupa hidangan tradisional yang tidak boleh ketinggalan adalah Jojong. Terbuat dengan bahan utama ubi kayu dan jagung, jojong diolah dengan proses yang panjang

  

2.   Kopi Colol : Selain makanan khas khas Borong Kabupaten Manggarai Timur, kalian juga bisa menikmati kuliner lain yaitu kopi colol. Colol merupakan nama sebuah desa di Manggarai Timur yang dinobatkan sebagai desa wisata berdasar kopi.


 3. Rebok : Camilan satu ini memiliki rasa unik seperti biskuit, serta makanan ini juga termasuk dalam makanan sehat karena dimasak dengan cara disangrai yang mana tanpa menggunakan minyak. Rebok biasanya disajikan untuk menyambut tamu yang berkunjung dan juga dalam acara adat. Namun, kalian bisa menikmati makanan ini di warung-warung pinggir jalan bersama.

 





Kelompok 2 Manggarai Timur :
 Nama : 
1. Cheryn
2. Petra
3. Jason
4. Albert
5. Nino
6. Adriel

Komentar

Posting Komentar